Kamis, 31 Maret 2011

Tentang sebuah pilihan


“Hidup adalah pilihan” , ya gw menyadari hal itu sejak lama, dan berulang kali mengalami (tentunya). Namun ketika gw berada dalam sebuah pilihan besar dengan masa depan sebagai taruhannya gw berada dalams satu posisi terberat yang pernah gw lalui. Ini memang tentang sebuah pilihan, tentang masa depan, dan tentang sebuah keharusan dan tanggung jawab menjadi seorang anak dari keluarga penuh cinta.

Sebuah flashback masa lalu, saat usia gw memasuki masa SMP sekitar 12 tahunan gw pernah dihadapkan dengan sebuah pilihan besar untuk melanjutkan pendidikan. Hingga akhirnya entah apa yang mempengaruhi fikiran gw, sampai akhirnya memutuskan sebuah sekolah (boarding school) yang belum pernah terbayang sedikitpun oleh gw. Tanpa terasa 3 tahun berlalu dan semua yang pernah terjadi disana menjadi salah satu kenangan terindah gw yang gw ingat hingga saat ini.

Gw pernah berada dalam satu titik terbaik penuh semangat, punya berlimpah cita, dan berjuta harapan untuk sebuah masa depan. Sampai akhirnya seperti gayung tak bersambut semangat itu terkikis waktu, tujuan itu kelam layaknya tertutup awan kelabu, dan harapan itu layu termakan waktu.

Dalam sebuah pilihan besar gw menentukan sebuah tujuan, dan terus berjalan seperti sebuah air berkurang atau bertambah hingga mencapai hulu tergantung hambatan dalam perjalanan ini. Saat ini gw seperti dalam semangat terendah, motivasi terkecil, dan harapan terhampa, dengan pesimisme dimana-mana. Namun ada banyak cinta untu meng-cover-nya.

Sebuah penguatan: untuk sesuatu yang gw tidak suka sejak awalnya gw bertahan keras hingga mencapai finishnya. Dan ketika selangkah lagi kata finish itu gw capai semua kebimbangan itu seperti menguasai semuanya. Dan ini menjadi sebuah pilihan TERBESAR yang mempengaruhi hidup gw.

Pengaruhnya begitu besar, kata semangat gw hilang, dan tujuan hidup gw menjadi  seperti hanya berserah pada nasib. Padahal gw sadar betul “Allah tidak akan mengubah nasib sebuah kaum selain kaum itu sendiri yang berusaha mengubahnya”. Namun saat ini gw seperti orang baru dalam dunia baru dan tak tahu harus seperti apa. Bahkan rambu-rambu pun tak ada. Gw seperti kehilangan arah dan kehilangan petunjuk daerah yang gw cari. T_T

Saat ini, saat gw berada pada satu titik nadir dimana gw harus segera mengambil keputusan besar, yang akan berpengaruh luas. Kebiasaan tak mampu bicara tentang yang gw rasa, gw sadari itu menyakitkan. Tak banyak yang menyadari apa yang sedang merasuki sebuah kebimbangan hati. Namun sebuah kamuflase kebahagiaan pebuh tawa akan terus tercipta. Entah sampai kapan gw harus bersembunyi dibalik ke”pura-pura”an, namun untuk saat ini itu hal terbaik yang dapat gw lakukan untuk menghindari hal yang lebih buruk lagi.


Memang gw punya sedikit harapan akan bertahan jika memutuskan sebuah pilihan besar. Jika empat tahun bertahan dalam ketidaknyamanan gw yakin satu tahun akan dapat gw laluin meski harus berat dengan penantian panjang. Harusnya sebuah diabaikan, atau dipilih untuk akhirnya menjadi seseorang yang terlupakan??? Seperti sebuah layangan, pegangannya begitu rapuh, tertiup angin maka akan bergerak kea rah dorongannya, hingga suatu saat siap putus dan terlepas dari segala ikatan, terombang-ambing di udara menunggu terjatuh ke bumi atau tersangkut di dahan pohon. TRAGIS….