Minggu, 24 Oktober 2010

Diam itu Mati


Bagi gw diam itu adalah bukti kematian kreatifitas gw. Ketika gw memutuskan diam saat ini lah klimaks dari apa yang gw rasa, apakah itu klimaks kesedihan, kekecewaan, bahkan klimaks kebahagiaan gw terdiam. Gw bukan manusia datar tanpa ekspresi, tapi gw bukan manusia ekspresif yang kadang tak mampu menahan diri..

Gw lebih memilih diam bukan dalam artian tenang, hanya saja itu menjadi koping yang belakangan gw sadari bukan lah koping yang adaptif. Gw menghindar dari masalah dan menganggap semua telah musnah kemudian dengan tanpa dosa memulai kembali hidup baru. Kadang cara ini ampuh namun banyak yang akhirnya justru berbelit-belit yang membuat gw sesak nafas seperti plasenta yang melilit leher bayi kala dalam kandungan ibunya.

Gw masih gak habis pikir entah sejak kapan gw menjadi manusia melankolis yang mendadak mendramatisir keadaan, entah ini pengaruh hormon atau proses pendewasaan kata rekan sejawat gw. Aneh memang, gw merasa asing dengan diri sendiri dan menginginkan ketenangan masa lampau yang pastinya adalah sebuah kemustahilan untuk hal yang sama.

Lo pernah bayangin tentang kebencian meliputi pandangan lo?? Yah sepertii kebencian Voldemort dalam serial Harry Potter terhadap keluarga besar James yang notabene adalah Ayahnya Harry Potter… Gw bukan mau menulis resensi Serial harry Potter hanya saja ingin menggambarkan seperti Voldemort lah perasaan gw saat ini.

Selama ini banyak orang menganggap gw hidup tanpa masalah dan penuh tawa karena kebiasaan ngocol gw yang suka bikin mereka tertawa. Lantas ketika gw bersedih terdiam dan tanpa kata, gw menarik diri dari semua tanpa ada yang menyadari. Setelah semua membaik dengan cara gw, gw berusaha kembali mencitrakan diri yang bahagia. Gw menyadarii gw hanya menjadikan lelucon bagian dari aktualisasi, bagian dari pembuktian diri kalau gw udah terbebas dari ikatan kesedihan.

Kepasrahan gw akan kehidupan beberapa tahun belakangan justru mengantarkan gw dalam kejenuhan, ibarat punuk merindukan bulan gw menanti sebuah keajaiban. Sebuah perubahan yang datang tanpa ada pergerakan itu adalah hal yang mustahil namun gw berharap. Memulai sesuatu yang lo tidak suka dengan tampang sangat terpesona dan jatuh cinta adalah sebuah kebodohan. Apalagi lo mampu bertahan selama bertahun-tahun dan berusaha menciptakan kesan kebahagian.

Gw bukan mau menggurui, tapi sekarang gw coba merenung. Mencari celah perasaan gw agar bisa dimasukan kebenaran. Jiwa gw berasa mati, seperti jasad tak berpenghuni gw menjalankan rutinitas. Jiwa gw berasa kosong, bahkan mati. Setiap hari berjalan ke kampus dengan rutinitas, (seperti) tertawa dengan teman-teman gw, dan semua gw nikmati (tampaknya). Apalagi yang pantas lo sebut akan hak itu selain kematian jiwa??

Tidak ada komentar:

Posting Komentar